Berjalan saya
disepanjang trotoar kota Pasaman, Pariaman, Solok, hingga Padang. Dan kota kota
lainnya di Sumatra Barat. Berjalan saya disepanjang kota Jakarta, Surabaya,
hingga Malang, semua yang saya lihat sama. Saya melihat satu pengemis, dua
pengemis, dan ribuan pengemis. berjejeran, berkelompok, atau malah sendirian.
Begitu banyak kah pengemis di negri ini? Apakah saya akan selalu menemukan
pengemis kemanapun saya pergi dibelahan bumi Indonesia ini?
Setiap tahunya
dikatakan angka kemiskinan Indonesia mulai menurun walaupun secara lambat. Tapi
tampaknya masalah pengemis ini akan selalu menjadi masalah yang cukup serius
dan agaknya juga butuh waktu ribuan tahun bagi bangsa Indonesia untuk
memusnahkan dan menyingkirkan satu profesi yang menyebabkan masalah besar bagi
bangsa Indonesia ini.
Padahal Indonesia
adalah sebuah bangsa yang kaya raya. Sumber daya alam yang tidak terbatas
miliki Indonesia adalah salah satu faktor penting yang membuat Indonesia selalu
diperhitungkan di dunia internasional. Akan tetapi sayangnya, seiring dengan
pengaruh globalisasi yang membawa faham weternisasi, rakyat Indonesia justru
merasa lebih bangga terhadap kebudaan bangsa lain dan melupakan bangsa
Indonesia.
Dengan kekayaan
yang begitu banyak, sangat mengherankan kondisi ekonomi bangsa ini sebenarnya.
Dunia perekonomian Indonesia sudah tidak dapat lagi dibedakan dengan dunia
perpolitikan. Yang seharusnya dapat mensejahterakan rakyat akan tetapi pada
kenyataan nya justru mengenyangkan segelintir orang saja. Dan menyengsarakan
bagi segelintir lainnya. Sayangnya, segelintir yangn terakhir ini tidak dapat
dikatakan segelintir, karena hampir sebagian besar rakyat Indonesia berada
dibawah angka kemiskinan.
Jika kita menggunakan
pendapat Bank Dunia, angka penduduk
Indonesia yang hidup dengan penghasilan kurang dari USD $2 per hari mencapai
angka 50.6 persen dari jumlah penduduk pada tahun 2009. Ini menunjukkan bahwa
sebagian besar penduduk Indonesia hidup hampir di bawah garis kemiskinan. Laporan
lebih anyar lagi di media di Indonesia menyatakan bahwa sekitar seperempat
jumlah penduduk Indonesia (sekitar 60 juta jiwa) hidup sedikit di atas garis
kemiskinan.
Meski angka kemiskinan di Indonesia terus mengalami
penurunan disetiap tahunnya, penduduk yang mengalami ‘perpindahan status’ ini
pada dasarnya memang berada di ambang garis kemiskinan. Sehingga mereka dapat
meningkatkan tarif hidupnya tanpa perdu dukungan dan dorongan yang kuat. Justru
letak masalahnya adalah masyarakat yang berada di dasar terbawah dari garis
kemiskinan yang masih memerlukan dukungan yang kuat dan sokongan dari
pemerintah. Baik itu dukungan moral maupun dukungan yang bersifat riil.
Jika ditilik dari sudut sejarah, angka kemiskinan
Indonesia pernagh berkurang dengan signifikan pada awal tahun 1990-an. Ketika
pemerintahan dari presiden Soeharto. Akan tetapi, ketika terjadi Krisis
Moneter, angka kemiskinan Indonesia melonjak dengan drastis. Hal ini membuktika
satu hal, dunia perpolitikan Indonesia yang kacau mempengaruhi perekonomian
negara. Kekacauan yang terjadi pada akhir pemerintahan Soeharto memang
disebabkan oleh krisis moneter yang terjadi pada masa itu. Akan tetapi,
terjadinya krisis besar besaran tersebut dipicu oleh pergolakan politik
Indonesia yang tidak sehat dan diwarnai oleh nepotisme. Negara sudah buta oleh
kilau uang instan seperti komisi-komisi ini itu. Sehingga kepentingan
masyarakat yang seharusnya menjadi tujuan dan kepentingan uttama mulai bergeser
menjadi kepentingan pribadi dan golongan.
Meskipun dunia perekonomian Indonesi masih dipenuhi polik
yang penuh intrik, kita sebagai generasi muda masih memiliki harapan dan tujuan
yang harus diraih bersama. Hal ini tidaklah sulit. jika kita berpegang teguh
kepada pancasila. Dan Indonesia mungkin akan dapat menuju kebangkitannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar